Oleh: Mega Maharani(24) Maria Vianney (22) Onnil Josua (28)
1. Danau Labuan
Pernah mendengan tentang danau yang mempunyai dua rasa dan bening laksana kaca? Kalau belum datang saja ke Danau Labuan Cermin!
Danau Labuan Cermin terletak di Desa Labuan Kelambu di Kecamatan Biduk-biduk Kalimantan Timur yang bisa ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 6 sampai 7 jam dari ibukota Kabupaten Berau, Tanjung Redeb. Untuk mencapai Berau sendiri ada beberapa cara seperti yang biasa dilakukan untuk mencapai Kepulauan Derawan. Memang biasanya wisatawan yang kesini biasanya terlebih dahulu mengunjungi surga bawah laut di Kepulauan Derawan.
Ikan-ikan kecil
Pagi pertama saya di biduk-biduk disambut oleh sinar matahari yang terlihat malu-malu di ufuk timur, segera setelah sarapan ikan bakar segede telapak tangan seperti yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya, (Tamu Pertama di Penginapan Sivia, Biduk-biduk) saya melaju perlahan dengan motor yang dipinjamkan oleh pemilik penginapan.
Mengikuti papan petunjuk danau Labuan Cermin, saya masuk ke sebuah jalan tampaknya baru saja disemen, hampir saja terlewatkan ketika tiba di sebuah jembatan karena spanduk informasi yang ada sudah tampak kusam, robek di sana-sini dan tulisannya hampir tidak terbaca lagi.
Pintu Masuk ke Danau
Sambil menunggu perahu, saya berbincang-bincang dengan ibu pemilik toko yang saya singgahi, rupanya dia menyewakan ban dalam untuk pelampung dan alat utuk snorkeling. Bahkan beliau juga sempat curhat tentang persaingan yang tidak sehat oleh salah satu pemilik kapal. Dia melarang menumpang untuk menyewa ban dengan beliau karena dia juga mempunyai 3 ban sewaan di dalam danau.
Bermain di air bening
Rupanya memang benar yang dikeluhkan ibu tersebut, saya sendiri mendengar ketika ada yang ingin menyewa ban dia berkata, “Tidak usah saja menyewa di sini, di dalam juga saya juga punya ban untuk disewakan”.
“Tuh kan dengar sendiri” kata ibunya. Saya hanya tersenyum, situasi sebenarnya berbeda seandainya dia hanya menyarankan kepada tamu yang datang untuk memilih menyewa di sini atau didalam, tidak dengan melarang. Miris memang, keserakahan kadang bisa membutakan manusia.
Danau Labuan Bermin
Setelah perahu kedua datang sayapun segera naik karena bertepatan dengan ada satu rombongan keluarga yang datang. Hanya ada dua perahu yang biasa mengantarkan para wisatawan disini, setelah mengantarkan tamu ke danau mereka kembali lagi ke jembatan unntuk menunggu menumpang yang ingin menuju danau, setelah itu baru mereka menjemput tamu yang berada didalam.
Begitu perahu meninggalkan jembatan titik pemberangkatan perahu langsung berhadapan dengan arus deras dari dalam karena bertepatan dengan air yang mulai surut. Setelah lewat di bawah jembatan besi kita akan memasuki sebuah laguna yang tidak telalu dalam, hingga dasarnya terlihat dengan jelas.
Tak jauh memang perjalan menuju danau dua rasa ini, sekitar 15 menit perjalanan setelah melalui jalan masuk yang dihalangi oleh pipa sumber air bersih yang menghalangi perahu untuk masuk ke danau ketika air pasang, kita akan masuk ke sebuah danau dengan airnya yang berwarna biru kehijauan.
Danau Dua Rasa
Ada sebuah rakit yang telah dibuat untuk para wisatawan berganti pakaian dan duduk-duduk sebelum masuk kedalam air. Saya mencoba untuk mencelupkan tangan dan mengecapnya dengan lidah saya,
Ah, tawar.
"Dibawah om yang asin, kalau diatas biasa aja airnya" bilang seorang anak disamping saya.
Itulah yang pertama kali saya lakukan ketika pertama kali sampai di sebuah danau berair sebening kaca ini, tak heran orang-orang menamainya dengan Danau Labuan Cermin. Selain airnya yang jernih danau yang tak lebih luas dari lapangan bola ini juga mempunyai keunikan yang tidak dimiliki oleh danau biasa lainnya, yaitu kandungan air yang berada di dalamnya. Air laut dan air tawar hidup rukun berdampingan bagaikan dipisahkan oleh kaca yang tak terlihat oleh mata.
Feel the freedom
Sayapun teringat sebuah ayat dalam Al-quran yang berbunyi " Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi " (QS. Al-Furqan: 53). Di sana sudah dijelaskan dengan gamblang bahwa takkan tercampur air asin dan air tawar, yang mana Al-quran tersebut sudah diturunkan bahkan sebelum ada tekhnologi untuk menyelam labih dalam.
Cahaya tembus sampai dasar
Berenang kesana kemari di dalam air jernih yang menyegarkan tidak cuma menyegarkan badan, tapi juga fikiran saya setelah perjalanan jauh yang saya tempuh untuk sampai kesini. Menikmati setiap momen berendam di dalam air yang dingin, melihat ikan-ikan yang berenang dengan jinak merupakan yang disebut “Real Holiday”.
Bermodalkan masker dan fin yang disewa saya mencoba untuk berenang ke sisi lain danau ini. Namun bayangan akan makhluk air dengan giginya yang tajam mencabik-cabik paha mulus berbikini dalam film “Piranha” membuat saya membalikan badan, memang film-film sejenis yang membuat image hewan seperti hiu yang sebenarnya tidak akan menggangu manusia jika tidak diganggu, bahkan cendrung takut dan menghindar apabila bertemu dengan manusia menjadi sangar.
Berkeliling dengan perahu
Gerombolan ikan tampak berenang dengan bebasnya diantara kayu-kayu yang tenggelam dalam air, saya coba beberapa kali menyelam untuk merasakan perbedaan air di dalam danau tersebut. Teman kecil saya juga menyelam ke dasar danau untuk mengisi botol dengan air asin yang berada dibagian bawah untuk sekedar membuktika kepada yang lain yang yang tidak bisa menyelam.
Matahari mulai bersinar terik tepat di atas ubun-ubun ketika kami mulai meninggalkan danau ini, nahkoda kita harus begerak lincah untuk mencari bagian air yang lebih dalam agar haluan perahu kita tidak menyentuh dasar air.
Sebenarnya masih banyak potensi lain yang dimiliki oleh Kecamatan Biduk-biduk, hanya saja sayang masih belum digarap dan dikelola dengan baik. Garis pantainya yang membentang sepanjang jalan mempunyai pantai yang putih bersih dilengkapi dengan pohon nyiur yang melambai seakan memanggil untuk untuk memasang hammock ke batangnya sambil menikmati air kelapa muda langsung dari pohonnya.
Pantai idaman di Biduk-biduk
Santai di hammock
Selain itu masih ada Teluk Sulaiman yang mempunyai lanskap dikelilingi oleh perbukitan hijau, air tejun , muara sungai yang berarus deras bahkan sebuah pulau yang katanya mempunyai pemandangan bawah laut dengan terumbu karang yang indah.
Sayangnya saya tidak punya waktu untuk mengeksplore lebih jauh potensi tersembunyi yang dimiliki oleh Biduk-Biduk. Pesan “Jangan lupa datang lagi ke sini ya” dari ibu pemilik penginapan seakan-akan pertanda bahwa suatu saat saya akan kembali lagi ke tempat ini.
Sumber:
http://www.backpackerborneo.com/2013/08/danau-labuan-cermin-keajaiban-dua-rasa.html
2. Taman Bunga Nusantara
1. Danau Labuan
Pernah mendengan tentang danau yang mempunyai dua rasa dan bening laksana kaca? Kalau belum datang saja ke Danau Labuan Cermin!
Danau Labuan Cermin terletak di Desa Labuan Kelambu di Kecamatan Biduk-biduk Kalimantan Timur yang bisa ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 6 sampai 7 jam dari ibukota Kabupaten Berau, Tanjung Redeb. Untuk mencapai Berau sendiri ada beberapa cara seperti yang biasa dilakukan untuk mencapai Kepulauan Derawan. Memang biasanya wisatawan yang kesini biasanya terlebih dahulu mengunjungi surga bawah laut di Kepulauan Derawan.
Ikan-ikan kecil
Pagi pertama saya di biduk-biduk disambut oleh sinar matahari yang terlihat malu-malu di ufuk timur, segera setelah sarapan ikan bakar segede telapak tangan seperti yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya, (Tamu Pertama di Penginapan Sivia, Biduk-biduk) saya melaju perlahan dengan motor yang dipinjamkan oleh pemilik penginapan.
Mengikuti papan petunjuk danau Labuan Cermin, saya masuk ke sebuah jalan tampaknya baru saja disemen, hampir saja terlewatkan ketika tiba di sebuah jembatan karena spanduk informasi yang ada sudah tampak kusam, robek di sana-sini dan tulisannya hampir tidak terbaca lagi.
Pintu Masuk ke Danau
Sambil menunggu perahu, saya berbincang-bincang dengan ibu pemilik toko yang saya singgahi, rupanya dia menyewakan ban dalam untuk pelampung dan alat utuk snorkeling. Bahkan beliau juga sempat curhat tentang persaingan yang tidak sehat oleh salah satu pemilik kapal. Dia melarang menumpang untuk menyewa ban dengan beliau karena dia juga mempunyai 3 ban sewaan di dalam danau.
Bermain di air bening
Rupanya memang benar yang dikeluhkan ibu tersebut, saya sendiri mendengar ketika ada yang ingin menyewa ban dia berkata, “Tidak usah saja menyewa di sini, di dalam juga saya juga punya ban untuk disewakan”.
“Tuh kan dengar sendiri” kata ibunya. Saya hanya tersenyum, situasi sebenarnya berbeda seandainya dia hanya menyarankan kepada tamu yang datang untuk memilih menyewa di sini atau didalam, tidak dengan melarang. Miris memang, keserakahan kadang bisa membutakan manusia.
Danau Labuan Bermin
Setelah perahu kedua datang sayapun segera naik karena bertepatan dengan ada satu rombongan keluarga yang datang. Hanya ada dua perahu yang biasa mengantarkan para wisatawan disini, setelah mengantarkan tamu ke danau mereka kembali lagi ke jembatan unntuk menunggu menumpang yang ingin menuju danau, setelah itu baru mereka menjemput tamu yang berada didalam.
Begitu perahu meninggalkan jembatan titik pemberangkatan perahu langsung berhadapan dengan arus deras dari dalam karena bertepatan dengan air yang mulai surut. Setelah lewat di bawah jembatan besi kita akan memasuki sebuah laguna yang tidak telalu dalam, hingga dasarnya terlihat dengan jelas.
Tak jauh memang perjalan menuju danau dua rasa ini, sekitar 15 menit perjalanan setelah melalui jalan masuk yang dihalangi oleh pipa sumber air bersih yang menghalangi perahu untuk masuk ke danau ketika air pasang, kita akan masuk ke sebuah danau dengan airnya yang berwarna biru kehijauan.
Danau Dua Rasa
Ada sebuah rakit yang telah dibuat untuk para wisatawan berganti pakaian dan duduk-duduk sebelum masuk kedalam air. Saya mencoba untuk mencelupkan tangan dan mengecapnya dengan lidah saya,
Ah, tawar.
"Dibawah om yang asin, kalau diatas biasa aja airnya" bilang seorang anak disamping saya.
Itulah yang pertama kali saya lakukan ketika pertama kali sampai di sebuah danau berair sebening kaca ini, tak heran orang-orang menamainya dengan Danau Labuan Cermin. Selain airnya yang jernih danau yang tak lebih luas dari lapangan bola ini juga mempunyai keunikan yang tidak dimiliki oleh danau biasa lainnya, yaitu kandungan air yang berada di dalamnya. Air laut dan air tawar hidup rukun berdampingan bagaikan dipisahkan oleh kaca yang tak terlihat oleh mata.
Feel the freedom
Sayapun teringat sebuah ayat dalam Al-quran yang berbunyi " Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi " (QS. Al-Furqan: 53). Di sana sudah dijelaskan dengan gamblang bahwa takkan tercampur air asin dan air tawar, yang mana Al-quran tersebut sudah diturunkan bahkan sebelum ada tekhnologi untuk menyelam labih dalam.
Cahaya tembus sampai dasar
Berenang kesana kemari di dalam air jernih yang menyegarkan tidak cuma menyegarkan badan, tapi juga fikiran saya setelah perjalanan jauh yang saya tempuh untuk sampai kesini. Menikmati setiap momen berendam di dalam air yang dingin, melihat ikan-ikan yang berenang dengan jinak merupakan yang disebut “Real Holiday”.
Bermodalkan masker dan fin yang disewa saya mencoba untuk berenang ke sisi lain danau ini. Namun bayangan akan makhluk air dengan giginya yang tajam mencabik-cabik paha mulus berbikini dalam film “Piranha” membuat saya membalikan badan, memang film-film sejenis yang membuat image hewan seperti hiu yang sebenarnya tidak akan menggangu manusia jika tidak diganggu, bahkan cendrung takut dan menghindar apabila bertemu dengan manusia menjadi sangar.
Berkeliling dengan perahu
Gerombolan ikan tampak berenang dengan bebasnya diantara kayu-kayu yang tenggelam dalam air, saya coba beberapa kali menyelam untuk merasakan perbedaan air di dalam danau tersebut. Teman kecil saya juga menyelam ke dasar danau untuk mengisi botol dengan air asin yang berada dibagian bawah untuk sekedar membuktika kepada yang lain yang yang tidak bisa menyelam.
Matahari mulai bersinar terik tepat di atas ubun-ubun ketika kami mulai meninggalkan danau ini, nahkoda kita harus begerak lincah untuk mencari bagian air yang lebih dalam agar haluan perahu kita tidak menyentuh dasar air.
Sebenarnya masih banyak potensi lain yang dimiliki oleh Kecamatan Biduk-biduk, hanya saja sayang masih belum digarap dan dikelola dengan baik. Garis pantainya yang membentang sepanjang jalan mempunyai pantai yang putih bersih dilengkapi dengan pohon nyiur yang melambai seakan memanggil untuk untuk memasang hammock ke batangnya sambil menikmati air kelapa muda langsung dari pohonnya.
Pantai idaman di Biduk-biduk
Santai di hammock
Selain itu masih ada Teluk Sulaiman yang mempunyai lanskap dikelilingi oleh perbukitan hijau, air tejun , muara sungai yang berarus deras bahkan sebuah pulau yang katanya mempunyai pemandangan bawah laut dengan terumbu karang yang indah.
Sayangnya saya tidak punya waktu untuk mengeksplore lebih jauh potensi tersembunyi yang dimiliki oleh Biduk-Biduk. Pesan “Jangan lupa datang lagi ke sini ya” dari ibu pemilik penginapan seakan-akan pertanda bahwa suatu saat saya akan kembali lagi ke tempat ini.
Sumber:
http://www.backpackerborneo.com/2013/08/danau-labuan-cermin-keajaiban-dua-rasa.html
Salah satu alternatif wisata di daerah Puncak adalah Taman Bunga Nusantara. Kalau bosan dengan Taman Safari Indonesia, atau Curug Cilember, atau Taman Matahari, bisa dicoba datang ke objek wisata yang satu ini. Sambil jalan-jalan di tempat yang sejuk, kita juga bisa belajar tentang berbagai macam bunga, baik lokal maupun dari luar negeri.
LOKASI TAMAN BUNGA NUSANTARA
Alamat tempat wisata ini di Desa Kawungluwuk, Kecamatan Sukaresmi, Cipanas, Kabupaten Cianjur.
Kalau dari arah Jakarta, lewatin dulu Puncak Pass, setelah itu ada beberapa rute yang bisa kita pilih. Yang pertama, setelah jembatan Ciloto kira-kira 200 meter, akan ada pertigaan ke kiri masuk, sampai desa Ciwalen, ikuti saja plang penunjuk jalan. Yang kedua, dari perempatan Cibodas, kalau ke kanan ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, pilih yang ke kiri, lurus terus sampai Desa Cibadak, dan ikuti plang penunjuk jalan. Bisa juga dari Pasar Cipanas masuk melalui Green Apple Garden menuju desa Cibadak dan mengikuti petunjuk jalan yang ada setelah itu.
Perlu diingat, saat saya ke Taman Bunga Nusantara ini (Mei 2013) kondisi jalan menuju lokasi sangatlah parah. Lubang jalanan sangat dalam dan rusak sepanjang jalan 9 kilometer mulai belok kiri dari setelah jembatan Ciloto. Mudah-mudahan pemerintah daerah Cianjur memperhatikan hal ini dan memperbaiki akses masuk menuju tempat wisata.
HARGA TIKET MASUK TAMAN BUNGA NUSANTARA
Per orang harga tiket masuk Rp. 25.000,- tanpa menaiki wara-wiri. Jika mau tiket masuk sekaligus menaiki wara-wiri harganya menjadi Rp. 30.000,- dan pengunjung juga bisa menaiki dotto train seharga Rp. 25.000,- yang beroperasi setiap satu jam. Dotto train ini mirip kereta api (ya iyalah, masak mirip pesawat), hanya saja versi kecilnya.
ADA APA SAJA DI TAMAN BUNGA NUSANTARA?
Taman ini merupakan sebuah kesatuan wisata agro dengan luas 35 hektar yang terdiri dari 23 hektar taman, 7 hektar permainan alam imaji, dan 5 hektar villa saung nini beserta gedung serbaguna saung aki. Dari yang saya baca-baca di blog tetangga, saat ini saung nini dan saung aki sudah mulai jarang mendapatkan customer alias mulai sepi. Kalau taman bunganya relatif masih banyak pengunjung.
Berturut-turut mulai dari gerbang utama di mana terdapat patung angsa hitam yang sangat besar, kita sudah bisa melihat topiari merak. Saat saya jalan-jalan ke sini sih ekornya nggak begitu berwarna-warni. Belok ke kiri, kita bisa masuk ke dalam Lokasi Piknik, tempat kita bisa menggelar tikar dan membuka bekal makanan.
Taman air, rumah kaca, display karpet bunga, koleksi bambu, jam taman super jumbo, taman mawar, taman perancis, amphitheater, danau angsa dan berbagai ikan, taman mediterania, taman labirin, menara pandang, taman bali, taman palem, lokasi pembibitan, taman amerika, air mancur musikal, taman jepang dan area bermain juga tak kalah menariknya.
JAM BUKA TAMAN BUNGA NUSANTARA KAPAN?
Jam operasionalnya untuk hari Senin sampai Jumat buka mulai jam 08.00 dan tutup jam 17.00 wib.
Untuk hari Sabtu, Minggu dan Libur Nasional, buka mulai jam 08.00 dan tutup jam 17.30 wib.
Kalau piknik ke Taman Bunga Nusantara saya saranin bawa makanan sendiri dari rumah. Boleh, kok, dibawa masuk. Daripada terpaksa makan mie instan seduh doang atau hotdog. Kan enak tuh, gelar tiker di bawah pohon rindang dan buka bekel makanan dari rumah.
Jangan lupa pas beli tiket, minta peta ya, biar keliling-keliling taman (kalau jalan kaki) nggak buang-buang waktu percuma karena nggak tau arah. Kan sudah bisa dibayangkan sebelumnya, taman jenis mana yang menarik perhatian.
Saya nggak ngerti sebelumnya kalau palem itu ada berbagai macam. Yang saya tahu ya paling-paling palem yang suka ditanam di pinggir jalan atau di dalam kompleks perumahan. Eh, ternyata, jenis palem itu ada ratusan! *dasar gumunan*
Saya suka bagian taman perancis karena ada air mancur musikalnya. Tenang aja ada alunan musik, sambil melihat air menari meliuk-liuk. Pohon-pohon perdu pendek jadi ciri khas taman perancis ini.
Ada rumah kaca seluas 2000 meter persegi, sayang saya nggak masuk ke dalamnya. Untuk masuk ke dalam rumah kaca ini kalau nggak salah harus bayar lagi sih. Di dalam rumah kaca ada berbagai macam taman bunga tropis.
Di taman jepang, suasananya terlihat tenang dan damai. Ada tanda “kolam air dalam” tapi kok kayak terlihat cetek ya? Ciri khas taman jepang ini adalah adanya pagoda dan gazebo di dalamnya, juga tanaman-tanaman pendek tetapi lebih tinggi dari bonsai yang tertata rapi.
KETENTUAN UMUM
Selama di Taman Bunga Nusantara, ada beberapa peraturan yang harus diperhatikan:
1. Menjaga kebersihan. Tempat sampah disediakan lumayan banyak dan besar. Belum dipisah antara sampah organik dan anorganik, sih. Tapi lumayanlah, tempat sampahnya juga selalu dibersihkan dan terlihat rapi terawat.
2. Jangan memetik bunga. Kecuali bunganya memang sudah jatuh alias rontok sendiri, ya…
3. Hamparan bunga itu bukan buat dilompati, apalagi diinjak-injak demi mendapatkan hasil foto yang bagus. *keplak diri sendiri*
4. Motor, sepeda, sepatu roda, nggak boleh masuk, ya. Diparkir saja di luar taman, dan kita masih bisa kok keliling tanpa capek. Cuma bayar Rp. 5.000,- aja buat naik wara-wiri. Tapi yang pasti, taman ini stroller friendly. Saya bawa stroller buat dorong bayi keliling, aman-aman aja.
Sumber:
http://www.jalanjalanyuk.com/taman-bunga-nusantara-puncak-cipanas/